Kata Siapa Menikah Itu Menyenangkan?

Irma - Teman Buku
2 min readMar 21, 2022

--

Photo by Soroush Karimi on Unsplash

Mungkin kamu melihat dalam foto banner ini bahwa setelah kamu menikah hidupmu tidak akan dijalani sendiri lagi. Masak berdua, makan berdua, jalan-jalan berdua, tidur sekasur berdua, dan hal-hal lain yang bisa dilakukan berdua. Tapi apa kenyataannya akan semanis itu?

Aku sendiri sudah menikah lebih dari 5 tahun dan ternyata banyak hal yang aku sesali dari pernikahan ini. Aku pikir menikah akan menjadikan hidupku lebih manis karena semua hal akan dilalui berdua. Tapi ternyata kenyataan menamparku dari itu semua.

Berikut ini ada beberapa hal yang sampai sekarang pun aku sesali karena alasan itu tadi, kenyataan menghempaskan semua pemikiran idealisku akan kebahagiaan dalam pernikahan.

  1. pertama kali yang aku sesali adalah tidak adanya perayaan pernikahan tahunan. Bahkan suamiku saja tidak pernah ingat tanggal berapa kita menikah.
  2. Hal selanjutnya yang aku sesali adalah saat aku hamil besar. Pikiran idealisku memikirkan hal-hal manis kalau aku akan sangat diperhatikan saat hamil nanti, dijaga sepenuh hati dan akan ditemani sepanjang waktu. Tapi kenyataannya, bahkan aku mengidam sekali saja tidak pernah dibelikan. Aku pernah mendengar bahwa jika ibu hamil mengidam yang membuat suaminya repot, maka suami berhak menolaknya. Tapi yang aku minta cuma sangat mudah didapat, tinggal suami saja yang malas bergerak atau tidak.
  3. Setelah melahirkan dan memiliki anak yang lucu aku pikir suami akan memahami aku lebih jauh lagi. Tidak akan meremehkan bagaimana capeknya aku mengasuh sambil bekerja dan akan selalu mendukung dan sama-sama belajar soal pengasuhan. Tapi kenyataannya aku dibiarkan sampai aku sadari sekarang setelah anakku berumur 4th bahwa dulu aku terkena baby blues.
  4. Soal keuangan, pikiran idealisku berpikir bahwa suami akan share segala sesuatu berkaitan dengan uang. Mendengar teman laki-lakiku bercerita saat dia mau membeli sesuatu dan berusaha susah payah untuk membujuk istrinya untuk diberi ijin, aku berpikir akan lucu dan menggemaskan jika suamiku bertindak seperti itu, tapi kenyataannya tidak. Saat aku mencoba marah untuk hal-hal tidak penting yang ia beli, ia malah tersinggung.
  5. Soal rumah dan pemilihan perabotan juga tata letak, aku pun merasa tidak dilibatkan. Nyatanya yang aku rasakan sekarang adalah aku terlalu berhati-hati untuk mengungkapkan apa yang aku inginkan untuk rumah dan perabotan karena seringkali ribut hanya karena perdebatan tata letak lemari TV misalnya.
  6. Soal bersih-bersih rumah dan pengasuhan. Sisi idealisku berpikir, saat istri memasak, suami yang akan mengasuh anak lalu kita akan makan bersama di meja makan. Tapi tidak dengan situasi rumah tanggaku. Aku diharuskan menyapu, mengepel, mengelap kaca, memasak, mencuci dan mengasuh tanpa melibatkan suami. Tidak boleh mengeluh dan tidak boleh melewatkan barang satu pun.

Dari semua hal itu, aku sampai saat ini merasa bahwa aku bukan ibu rumah tangga yang seharusnya mengurusi hal-hal seperti keuangan, ruangan, diskusi pendapat dan yah yang biasanya peran ibu rumah tangga. Aku sendiri sekarang hanya boleh mengurusi soal bersih-bersih dan memasak, hal lain harus menurut saja kayak boneka. Bukankah itu tidak lebih dari pekerjaan seorang pembantu???

--

--

Irma - Teman Buku

Hi! I really like reading.. I like books with genre horror, mystery, historical fiction and self improvement. Sometimes, I read book about finance too..